Senin, 30 November 2009

Lucky Star Banner

Senin, November 30, 2009 1 Comment Stored
Owyeah, I change my banner...again. Now I pick Rakisuta >w<
Look, I just love that pic. Kona-chan breaks Kagamin's wedding.
How silly^^;



Moreover, it's simpler than DMC Banner I'd used before. And...hell...more "charming" than other banners, there're "dark".
*what that shit means?*
Below are my prev banners. Are them "dark"? I don't think so




Rabu, 25 November 2009

Yuki-Onna (Wanita Salju)

Rabu, November 25, 2009 9 Comments Stored
Kisah Yuki-Onna merupakan salah satu kisah hantu klasik dengan latar belakang kehidupan di Jepang yang sudah sering diangkat dalam bentuk opera, bahkan pernah dibuat dalam bentuk film klasik. Kisah hantu klasik tidak ditandai dengan adegan berdarah-darah, namun lebih merupakan cerita yang diisi tokoh manusia dan hantu yang melibatkan percintaan, kesedihan yang dalam dan tragedi.

Cerita dimulai dari dua orang penebang kayu bernama Mosaku dan Minokichi yang hidup di daerah propinsi Musashi [terletak diantara Tokyo dan Saitama]. Mosaku adalah seorang pria yang berada di usia senja, sementara muridnya, Minokichi, adalah seorang pemuda tagap berumur 18 tahun.

Setiap hari mereka berangkat pagi-pagi sekali ke sebuah hutan yang jaraknya 5 mil dari desa mereka. Diantara desa mereka dan hutan yang dituju ada sebuah sungai besar yang beraliran deras. Begitu derasnya arus sungai tersebut sehingga tidak ada jembatan yang kuat menahan arus [jembatan yang ada selalu rusak akibat terjangan arus deras].Siapapu yang ingin menyebrangi sunga harus mekewatinya dengan bantuan kapal penebrang kecil.

Suatu hari Mosaku dan Minokichi sedang dalam perjalanan pulang. Ketika itu cuaca begitu dingin dan mulai turun badai salju. Saat tiba di tepian sungai, mereka menemukan bahwa si pengayuh perahu yang menyebrangkan mereka telah pulang ke rumah dan meninggalkan perahunya karena cuaca buruk. Sadar bahwa mereka tidak mungkin menyebrangi sungai, mereka memutuskan untuk bermalam di pondok sementara si pengayuh perahu. Pondok itu benar-benar sederhana, hanya terdiri dari sebuah ruangan tanpa jendela yang berisi 2 buah tatami tanpa parabotan apapun. Mosaku dan Minokichi yang sudah lelah segera menutup pintu agar salju tidak masuk ke dalam pondok, kemudian beristirahat. Mereka merasa cukup hangat dan nyaman sehingga Mosaku yang lanjut usia tak lama berbaring langsung tertidur pulas. Sementara Minokichi yang lebih muda masih termenung, mendengar suara angin menderu yang disertai arus sungai yang main bertambah deras. Badai tidak mereda dan udara malah bertambah dingin, namun seleah bersusah payah akhirnya Minokichi tertidur juga. Entah telah berapa lama Minokichi tertidur, tiba-tiba ia terbangun karena merasakan butir-butir salju yang lembut di wajahnya. Ternyata pintu pondok yang mereka diami telah terbuka dengan paksa.

Minokichi melihat seorang wanita dalam pondok, wanita yang putih seperti salju dan memancarkan cahaya seperti salju [yuki-akari] sedang membungkuk diatas Mosaku. Ia tengah meniupkan nafasnya yang dingin dan menyerupai asap putih kepada Mosaku. Minokichi benar-benar terkejut dan ketakutan, ia ingin menjerit namun tidak ada sebuah suara pun yang keluar dari mulutnya. Saat itulah sang wanita misterius beradu pandang dengannya. Ia mendekatkan wajahnya pada Minokichi. Dalam ketakutan yang amat sangat, Minokichi merasakan bahwa wanita yang berada dihadapannya adalah seorang wanita yang amat cantik, walau sorot matanya membuat tubuhnya gemetar dalam ketakutan.

Wanita itu terus menatap Minokichi dan tiba-tiba tersenyum dan berkata, "Aku ingin memperlakukanmu sama seperti orang lain, tapi aku kasihan padamu. Kau masih muda, begitu tampan, Minokichi. Aku tidak akan menyakitimu tapi jika kau memberitahu siapapun termasuk ibumu tentang apa yang terjadi malam ini...maka aku akan membunuhmu! Ingat apa yang telah kukatakan ini."

Seusai wanita salju itu berkata, ia meninggalkan Minokichi sendirian. Mengira bahwa itu hanyalah mimpi, Minokichi segera bangun dan melihat keluar namun ia tidak melihat siapapun atau apapun. Setelah menutup pintu ia bertanya-tanya apakah bukan angin yang membuka pintu pondok tadi. Ia memanggil Mosaku namun tidak ada jawaban. Minokichi mengulurkan tangan untuk menyentuh wajah Mosaku, dan ternyata wajahnya telah membeku. Mosaku telah meninggal!

Ketika fajar tiba, badai pun berakhir dan si pengayuh perahu menemukan menemukan Minokichi yang tergeletak pingsan disamping Mosaku yang telah meninggal. Ia membawa keduanya menyebrang, lalu menguburkan jenazah Mosaku. Sementara Minokichi dibawa pulang ke rumahnya. Setelah sembuh, Minokichi tidak dapat langsung melupakan kejadian yang telah ia alami. Ia dihantui oleh kematian Mosaku, namun bersikeras menahan diri untuk tidak menceritakan kejadian itu pada siapapun, karena ia tidak ingin kehilangan nyawanya.

Lama berselang, Minokichi baru berani kembali pada pekerjaan sehari-harinya. Menebang kayu, membelahnya menjadi potongan-potongan kecil, lalu menjual kayu tersebut ke pasar dengan bantuan ibunya. Pada musim dingin tahun berikutnya, Minokichi sedang dalam perjalanan pulang melalui jalan setapak di hutan, saat ia berpapasan dengan seorang gadis yang amat cantik, berkulit putih indah, yang hendak melalui jalan yang sama. Minokichi pun menyapa gadsis itu dan tanpa disangka gadis itu menjawab dengan suara yang menurut Minokichi adalah suara paling merdu yang pernah didengarnya. Mereka pun mulai berjalan bersama dan bercakap-cakap.si gadis menceritakan bahwa ia bernama O-Yuki, telah kehilangan kedua orangtua, dan untuk menyambung hidupnya ia akan pergi ke Yedo [Tokyo] untuk mencari kerabatnya agar dapat membantu mencarikan pekerjaan sebagai pelayan.

Entah apa yang dirasakan Minokichi, namun rasanya gadis itu nampak makin cantik dimatanya. Minokichi pun mulai merasa suka pada gadis itu, sehingga ia memberanikan diri untuk bertanya apakah gadis itu sudah memiliki pasangan. Gadis itu tertawa sambil mengatakan bahwa ia belum memiliki pasangan atau kekasih. Ia pun balik bertanya apakah Minokichi telah memiliki pasangan, dan Minokichi menjawab bahwa ia pun belum memilikinya. Setelah pernyataan ini maka kedua muda-mudi ini tidak berbicara lagi sampai mereka tiba di desa tempat tinggal Minokichi. Namun dalam hati masing-masing telah tumbuh rasa saling menyukai. Maka Minokichi mengundang O-Yuki untuk singgah dan beristirahan di rumahnya. O-Yuki ternyata bukan hanya gadis cantik, namun juga berkelakuan baik. Ibu Minokichi pun tidak butuh waktu lama untuk menyukainya, sampai ia membujuk agar O-Yuki mau menunda perjalanannya ke Yedo. Pada akhirnya O-Yuki tidak pernah melanjutkan perjalanannya ke Yedo, melainkan menetap di desa itu dan tinggal bersama Minokichi dan ibunya, sebagai istri dan menantu.

Lima tahun kemudian, ibu Minokichi meninggal. O-Yuki tetap bersama-sama Minokichi, bahkan ia telah melahirkan 10 orang anak lelaki dan perempuan bagi Minokichi. Semuanya tampan dan cantik, serta memiliki kulit putih seindah ibunya. Banyak penduduk desan yang mengagumi O-Yuki. Kebanyakan petani wanita nampak tua setelah banyak melahirkan anak, namun O-Yuki yang telah menjadi ibu 10 anak tetap terlihat cantik. Secantik saat kedatangannya yang pertama di desa mereka.

Suatu malam setelah anak-anak tidur, O-Yuki menjahit dibantu dengan cahaya sebuah lampu kertas. Minokichi yang sedang menatapnya, tiba-tiba berkata, "Melihat kau menjahit dengan pantulan cahaya di wajahmu, aku teringat suatu hal aneh yang terjadi saat aku masih berusia 18 tahun. Kala itu aku melihat seorang wanita yang secantik dan seputih dirimu...dan ia memang mirip denganmu..."

Tanpa mengentikan pekerjaannya, O-Yuki bertanya, "Ceritakanlah padaku. Dimana kau bertemu dengannya?"

Lalu Monokichi mulai bercerita tentang Mosaku dan pengalamannya di pondok pengayuh perahu.
"Entah itu sebuah mimpi atau bukan, tapi itulah saat-saat dimana aku pernah melihat orang secantik engkau. Tentu saja ia pasti bukan manusia dan aku sangat takut padanya. Hingga sekarang pun aku tidak pernah yakin apakah yang aku lihat itu mimpi atau memang benar-benar seorang wanita salju."

O-Yuki langsung melemparkan jahitannya. Ia mendekati suaminya dan berseru, "Itu adalah aku! Bukankah aku telah mengatakan bahwa aku akan membunuhmu jika cerita itu pernah keluar dari mulutmu. Sekarang, demi anak-anak kita..."
O-Yuki tetap berteriak namun suaranya menjadi penuh kesedihan, "Jagalah anak-anak kita, karena jika kamu tidak melakukannya, maka aku akan melakukan hal yang pernah aku katakan padamu..."

Minokichi tidak sempat berkata apa-apa. O-Yuki mulai tidak terlihat dan kemudian menguap menjadi butir-butir salju yang halus, yang menghilang melalui cerobong asap. Sejak itu, dia tidak pernah terlihat lagi.

Source : Animonster #96 March 2007

Sabtu, 21 November 2009

Mimi-nashi Hoichi (Hoichi Tak Bertelinga)

Sabtu, November 21, 2009 4 Comments Stored
Berikut adalah Mimi-nashi Hochi, kisah Hoichi seorang buta yang kehilangan kedua telinganya karena 'dijewer' hantu.

Beberapa abad lalu di Akamagaseki hidup seorang buta bernama Hoichi yang terkenal karena kemampuannya menantunkan cerita dan memainkan biwa [alat musik seperti kecapi bersenar 4]. Sejak kecil Hoichi telah berlatih bermain biwa dan melantunkan cerita, sehingga ketika beranjak dewasa kemampuannya telah melewati sang guru. Hoichi terkenal dengan permainan biwa sambil melantunkan kisah sejarah tentang pertempuran Dan no Ura.

Diluar keahliannya, Hoichi adalah seorang yang miskin. Namun ia memiliki seorang kawan, biksu dari kuil Amidaji yang memberinya tempat tinggal serta makan di kuil tersebut. Biksu itu adalah seorang penggemar puisi dan musik, sehingga sebagai balas budi Hoichi selalu bersedia menghibur sang biksu dengan cerita dan musiknya.

Pada suatu malam di musim panas, biksu dan pembantunya pergi untuk melakukan upacara keagamaan di rumah sebuah keluarga yang kerabatnya baru saja meninggal. Maka tingallah Hoichi sendiri di kuil tersebut. Hawa malam itu terasa panas sehingga Hoichi duduk di teras depan kamarnya. Sambil menunggu sang biksu, Hoichi berlatih bermain biwa. Tengah malam berlalu tapi biksu dan pembantunya belum juga kembali. Akhirnya ia mendengar langkah-langkah kaki yang mendekati tempat ia berada. Langkah kaki itu bukan langkah kaki sang biksu ataupun pembantunya. Sebuah suara tiba-tiba memenggilnya dengan nada kasar layaknya seorang samurai memanggil bawahannya.

"Hoichi!"

Hoichi terlalu terkejut untuk menjawab, sehingga suara itu lagi-lagi memanggilnya.

"Hoichi!"

"Ya", Hoichi segera menjawab dengan ketakutan.
"Aku adalah seorang buta yang tidak dapat mengetahui siapa yang memanggil."

"Jangan takut", kata suara asing itu dengan nada yang lebih halus
"Aku datang ke kuil ini dan membawa pesan untukmu. Tuanku yang berkedudukan tinggi kini sedang berada di Akamagaseki dengan banyak abdinya. Ia telah mengunjungi tempat terjadinya pertempuran Dan no Ura. Setelah mendengar kemampuanmu melantunkan cerita tentang pertempuran itu, ia ingin melihat pertunjukanmu. Jadi kau harus membawa biwa dan datang bersamaku ke kediaman tuanku sekarang."

Pada masa itu perintah seorang samurai tidak dapat dibantah begitu saja. Hoichi segera bergegas memakai sandal dan membawa biwa-nya serta pergi bersama orang asing itu. Saat berjalan orang itu membimbingnya dengan tangkas separuh memaksanya berjalan cepat. Tangan yang memegang sekuat besi dan terdengar bunyi dentang besi yang menandakan bahwa laki-laki itu pasti bersenjata lengkap dan kemungkinan adalah seorang penjaga istana. Hoichi merasa lega dan beruntung bahwa ia dapat memainkan sebuah pertunjukan di hadapan daimyo kelas satu.

Samurai itu tiba-tiba berhenti melangkah dan Hoichi merasakan bahwa mereka tiba di sebuah gerbang besar. Ia menjadi heran karena tak ingat bahwa ada gerbang seperti ini di daerah tempat ia tinggal kecuali gerbang kuil Amidaji.

"Kaimon!", pintu gerbang dibuka dan mereka masuk dan berhenti lagi di sebuah pintu.
"Aku telah membawa Hoichi!"

Terdengar suara-suara langkah kaki lalu pintu bergeser. Hoichi mendengar suara-suara wanita yang dari bahasanya terdengar seperti dayang-dayang Tuan Besar yang diceritakan samurai ini. Hoichi dibantu menaiki beberapa anak tangga, lalu diminta melepaskan alas kaki. Ia dibimbing seorang wanita melewati lantai berpelitur dan banyak pilar, lalu melangkahi lantai bertikar. Tentunya banyak orang yang sedang berkumpul disini, pikir Hoichi. Hoichi diminta untuk duduk diatas sebuah bantalan yang telah disediakan untuknya di lantai. Setelah duduk dengan tenang dan menyetel instrumennya, seorang wanita berkata, "Mainkanlah cerita sejarah mengenai Heike sambil diiringi alunan biwa-mu."

Untuk menceritakan kisah Heike dibutuhkan waktu beberapa malam, sehingga Hoichi bertanya, "Cerita itu begitu panjang. Dari mana Tuan Besar anda ingin cerita ini dimulai?"

"Mainkanlah cerita pertempuran Dan no Ura, karena cerita itu begitu sedih dan menyentuh hati."

Hoichi menarik suara dan menyanyikan lagu tentang pertempuran di sebuah laut. Dengan keahliannya ia membuat biwa-nya berbunyi seperti suara dayung dan ombak, suara lesatan panah, dahkandenting pertempuran. Di tengah-tengah permainannya, Hoichi menangkap berbagai ungkapan kekaguman. Hoichi merasa tersanjung dan ia makin bersemangat sehingga ia bernyanyi lebih baik dari sebelumnya. Pada saat cerita mencapai puncak yang tragis, terdengar suara tangisan dan ratapan sehingga Hoichi menjadi takut akan akibat yang ditimbulkan oleh permainannya. Namun pada akhirnya suara tangisan dan ratapan berangsur-angsur berhenti dan suasana kembali hening.

Hoichi kembali mendengar suara wanita yang tadi berbicara dengannya.
"Kami semua telah mendengar betapa hebatnya seorang Hoichi, namun kami tidak menyangka bahwa Anda benar-benar luar biasa. Tuan Besar amat puas dan akan memberikanmu pernghargaan yang setimpal. Namun Tuan meminta agar Anda mau mengadakan pertunjukan yang sama setiap malam untuk enam hari kedepan. Samurai yang sama akan menjemputmu besok. Kemudian satu hal lagi, saat ini Tuan Besar berada di Akamagaseki tanpa diketahui siapapun sehingga Anda dilarang untuk mengatakan kunjungan ini atau hal apapun mengenai malam ini kepada siapapun."

Hoichi tiba di rumah saat hampir subuh. Kepergiannya tidak diketahui siapapun karena semua mengira ia sedang tidur. Pada malam berikutnya samurai itu datang kembali, dan Hoichi pun pergi lagi bersamanya untuk mengadakan pertunjukan. Namun kali ini kepergiannya diketahui. Saat Hoichi kembali, sang biksu bertanya, "Hoichi, kamu sangat cemas karena kamu bepergian sendiri pada malam hari. Itu sangat berbahaya. Mengapa kamu tidak mengatakan apa-apa pada kami? Tentunya aku akan dapat meminta seseorang untuk menemanimu."

Hoichi menjawab, "Temanku yang baik, maaf tetapi aku mempunyai urusan pribadi yang harus dilaksanakan pada jam itu."

Biksu itu terkejut, ia merasakan kejanggalan dan khawatir Hoichi sedang ditipu oleh roh jahat. Ia tidak bertanya apa-apa lagi. Namun pada malam hari sang biksu diam-diam memerintahkan para muridnya untuk mengawasi Hoichi dan mengikutinya bila ia kembali meninggalkan kuil di tengah malam. Maka pada saat Hoichi meninggalkan kuil pada malam itu, para muridnya bergegas menyalakan lentera dan membuntutinya. Namun malam itu turun hujan, sehingga para murid kehilangan Hoichi karena si buta itu berjalan amat cepat. Para murid mengetuk rumah penduduk desa dan bertanya apakah Hoichi berteduh disana. Semua menjawab tidak, dan para murid pun memutuskan untuk kembali ke kuil lewat jalan lain. Ketika mereka sedang berjalan, terdengar bunyi petikan biwa. Para murid terkejut dan cepat-cepat mencari sumber suara itu. Mereka menemukan Hoichi sedang memainkan biwa-nya di tengah-tengah pekuburan Amidaji. Pekuburan yang biasanya gelap itu kini diterangi banyak api seperti nyala lilin yang merupakan para roh yang sedang menyaksikan pertunjukan Hoichi. Begitu hebatnya Hoichi sehingga kemampuannya pun menarik para roh untuk menikmati pertunjukan puisi dan musiknya.

"Hoichi! Hoichi! Sadarlah!"
Namun Hoichi tidak mendengar teriakan mereka. Ia terus memetik biwa-nya dan mengumandangkan cerita pertempuran Dan no Ura. Mereka menghampiri Hoichi dan berteriak di telinganya, "Hoichi! Pulanglah bersama kami!"

Hoichi menjawab dengan marah, "Mengganggu pertunjukan dihadapan Tuan Besar tak bisa dimaafkan!"

Para murid tak bisa menahan tawa karena keanehan ini. Mereka tetap memaksa Hoichi pulang ke kuil. Setibanya disana ia segera dihadapkan pada sang biksu yang dengan segera meminta penjelasan dari Hoichi. Hoichi semula enggan untuk bercerita namun karena kebaikan hati temannya selama ini ia pun akhirnya bercerita.

"Hoichi temanku yang malang, kemampuanmu bermain musik telah menarik para roh. Selama ini kau mengadakan pertunjukan di tengah pekuburan Heike, dimana para muridku menemukanmu. Karena kau telah mematuhi mereka maka engkau berada dalam bahaya besar. Aku harus pergi bertugas, namun sebelum malam aku akan menulisi sekujur tubuhmu dengan tulisan suci Hannya Shin Kyo."

Sebelum malam, biksu dan pembantunya menulisi sekujur tubuh Hoichi dengan tulisan suci tersebut. Ketika selesai sang biksu berkata, "Nanti bila samurai itu datang, dia akan memanggilmu kembali. Jangan menjawab dan tetap duduk diam. Jika engkau bersuara maka ia akan menemukanmu. Jangan takut, dan jangan berpikir untuk berteriak minta tolong. Bila engkau melakukan apa yang kukatakan maka kau akan selamat."

Pada malam hari Hoichi kembali duduk di beranda. Ia duduk dalam posisi meditasi dan berusaha tidak menimbulkan suara apapun.

"Hoichi!" kembali suara samurai itu memanggilnya.
"Hoichi!" suara itu bertambah keras namun Hoichi tetap tak menjawab.
"Hoichi!" nampaknya samurai itu murka karena tidak ada jawaban.
"Aku harus mencari orang itu."

Terdengar suara langkah kaki yang naik ke teras dan berhenti di samping Hoichi. Selama beberapa menit Hoichi merasakan jantungnya berdebar-debar sampai keluar kata-kata, "Ini biwa-nya, tapi yang kulihat hanya sepasang telinga milik si pemain biwa itu. Sebaiknya aku bawa sepasang telinga ini ke hadaoan Tuan Besar sebagai bukti perintah telah dilaksanakan sebaik mungkin."

Seketika itu Hoichi merasakan sakit yang luar biasa karena sepasang telinganya dirobek dengan paksa. Walau sangat kesakitan, Hoichi tak berani bersuara. Ia merasakan darah mengalir dari kedua sisi kepalanya.

Saat sang biksu pulang ia terkejut mendapati Hoichi sedang duduk dalam posisi meditasi namun bercucuran darah.
"Hoichi yang malang! Mengapa kau terluka?!"

Mendengar suara temannya, jerit tangis Hoichi meledak. Sambil tersedu-sedu ia menceritakan pengalaman yang menakutkan semalam.

"Hoichi yang malang...ini semua salahku. Di sekujur tubuhmu telah tertulis tulisan suci, kecuali telingamu. Aku meminta pembantuku untuk melakukannya, namun aku tidak kembali untuk memastikan bahwa ia telah melakukan pekerjaannya dengan baik. Namun kini bahaya sudah lewat dan mereka tidak akan mengganggumu lagi. Sekarang aku akan membantumu agar lukamu segera sembuh."

Setelah Hoichi sembuh, kisah ini tersebar dan menjadikan ia semakin terkenal. Banyak Tuan Besar dan bangsawan datang ke Akamagaseki untuk melihatnya bermain dan banyak hadiah besar diberikan kepadanya. Hoichi pun menjadi seorang kaya raya. Namun ia kini dikenal sebagai Mimi-nashi Hoichi atau Hoichi Tak Bertelinga.



Source : Animonster #106 January 2008

Senin, 16 November 2009

Otome Road

Senin, November 16, 2009 6 Comments Stored
Bayangkan jika seluruh tempat pada sebuah jalan menyediakan segala hal yang bertema BL dan yaoi, dan ternyata tempat itu benar-benar ada di Jepang! Belakangan ini muncul sebuah kawasan khusus yang dinamakan Otome Road. Kawasan tersebut terletak pada sebuah jalan sepanjang 200 meter di Ikebukuro, Tokyo. Jejeran pertokoan dan restoran yang dipenuhi dengan gambar-gambar bishonen dan yaoi dari berbagai anime dan manga menghiasi kawasan yang menjadi surga bagi para penggemar anime dari seluruh daerah di Jepang.


Otome dalam bahasa Jepang berarti "Gadis". Sedangkan julukan Otome Road dikukuhkan dan berasal dari Majalah Puff yang diterbitkan pada bulan Mei 2004. Julukan tersebut diberikan kepada jejeran pertokoan dan restoran yang khusus melayani para otome yang ingin berbelanja dan menghabiskan uangnya demi memenuhi hobi dan mendapatkan apa yang menjadi obsesinya. Otome sendiri adalah sebutan bagi para otaku cewek mulai dari remaja pelajar SMU hingga ibu rumah tangga yang berusia 40 tahun. Jadi, otome bisa dikatakan sebagai bagian dari otaku yang menggemari segala sesuatu yang berhubungan dengan manga, anime, dan video game.

Bila sebelumnya pernah ada kawasan Akihabara yang menjadi tempat nongkrong para otaku, kini muncul kawasan baru yang diciptakan khusus untuk para otaku cewek. Hal ini dikarenakan para otaku cewek memiliki kebiasaan yang berbeda dengan para otaku cowok. Mulai dari cara mereka menghabiskan uang, cara berpakaian yang sulit dibedakan dari cewek biasanya, juga cara mengekspresikan diri mereka sendiri. Dengan kata lain, budaya otome lebih menggambarkan dunia dari sudut pandang cewek-cewek eksklusif yang feminin namun memiliki pola pikir yang kuat. Berbeda dengan otaku pada umumnya, apa yang dilakukan oleh seorang otome lebih tertuju pada hasil karya yang berhubungan dengan kegemarannya. Sebagian otaku mungkin memiliki banyak boneka figure dan poster dari karakter manga dan anime kegemarannya. Sedangkan untuk otome, membeli semua itu bukanlah sesuatu yang begitu penting. Bagi mereka kekuatan dan cerita pada sebuah manga atau film anime dan keterlibatan emosi mereka di dalamnya menjadi kepuasan tersendiri. Tak heran jika perusahaan-perusahaan besar mengalami kesulitan dalam menjangkau dan meraup keuntungan dari para otome. Menyadari akan hal itu, para pengusaha dan perusahaan besar yang ingin berkembang dengan pesat segera merekrut dan mempekerjakan mangaka serta seniman doujinshi terkenal dari kalangan cewek dengan harapan dapat menghasilkan keuntungan dari fenomena otome ini. Budaya otome dibuat dari segala hal yang disukai oleh cewek untuk cewek, dan sama sekali meniadakan keterlibatan cowok dalam seluruh prosesnya. Tidak adanya unsur cowok tersebut merupakan suatu hal yang penting dan menjadi keistimewaan tersendiri.

Jika Akihabara yang dahulu dikenal sebagai kawasan toko elektronik yang kini menjadi tempat istimewa bagi para otaku cowok, maka Otome Road adalah surga bagi para otome. Salah satu toko yang ada disana, yaitu Animate, telah dibuka kembali setelah mengubah bentuknya pada tahun 2000 dengan memberi tekanan pada penjualan produk-produk khusus untuk cewek. Tadinya Animate adalah perusahaan ternama yang memproduksi majalah dengan nama yang sama.

Pada tahun yang sama, salah satu toko di dekatnya, yaitu K-Books, mengubah produk-produk yang ditawarkannya menjadi lebih khusus pada doujinshi yang ditujukan untuk cewek. Ada juga pertokoan Mandarake yang selalu dikerumuni pengunjung yang antusias dan penuh rasa ingin tahu memadati lorong demi lorong pertokoan itu hanya untuk membeli berbagai jenis manga. Toko-toko buku berlantai enam hingga delapan yang berada di sepanjang Otome Road ini memiliki berbagai macam koleksi, mulai dari manga hingga novel yang memenuhi lantai dasar hingga lantai teratasnya. Bahkan di beberapa toko ada bagian khusus bacaan dewasa. Harga manga dan buku-buku yang dijual di kawasan tersebut berkisar 1000 yen untuk buku baru, sementara untuk buku bekas bisa dibeli seharga 200 yen. Selain itu, ada juga butler cafe, salah satunya cafe B:Lily-rose dimana seluruh pegawainya ber-crossdress seperti cowok. Mereka tidah hanya berpakaian seperti cowok pada umumnya, tapi lebih kepada cowok-cowok cantik yang mewakili karakter-karakter BL atau yaoi pada suatu manga atau anime.


















Source : Animonster #99 June 2007

Kamis, 05 November 2009

Death Note : Another Note Los Angeles BB Renzoku Satsujin Jiken (NOVEL)

Kamis, November 05, 2009 8 Comments Stored
Novel berjudul Death Note : Another Note Los Angeles BB Renzoku Satsujin Jiken (Los Angeles BB Serial Kiler Case) ditulis oleh Obata Takeshi dan Ooba Tsugumi bekerja sama dengan Nishio Ishin. Diterbikan oleh Shueisha pada 1 Agustus 2006, novel setebal 178 halaman ini mengambil time-line sebelum Death Note manga dimulai.

Novel diawali oleh narasi Mello. Menceritakan terjadinya serangkaian pembunuhan kejam di Los Angeles oleh Beyond Birthday. Di apartemennya, agen FBI Misora Naomi berpikir untuk keluar dari FBI karena kesalahannya dalam tugas sebulan sebelum kasus The Los Angeles BB Serial Killer Case dimulai. Naomi melihat ada e-mail masuk di laptopnya yang berasal dari pacarnya sesama agen FBI, Raye Penber. Setelah dibuka, ternyata e-mail itu berasal dari L yang meminta maaf menggunakan nama Raye untuk menghubunginya. L meminta bantuan Naomi menyelesaikan sebuah kasus, untuk itu ia mengajak wanita tersebut bertemu dengannya secara online melalui server khusus. Setelah meng-hack server tersebut, Naomi mulai chatting dengan L. Pada intinya, L meminta bantuan Naomi untuk menangani kasus The Los Angeles BB Serial Killer Case. Alasan ia memilih Naomi karena wanita itu adalah detektif terbaik. Naomi akhirnya mau menerima permintaan L.

Kembali terjadi pembunuhan. Naomi yang berada di lokasi diminta L menyelidiki tempat tersebut. Saat berada di kamar tempat kejadian, Naomi terkejut melihat ada sosok cowok yang merangkak keluar dari kolong tempat tidur. Sosok tersebut mengenalkan dirinya sebagai detektif Luxaky Luee (yang omong-omong saya pake buat nama di Facebook xD). Melihat penampilannnya, Naomi sulit untuk percaya pada cowok tersebut. Luxaky mengajak Naomi bekerjasama menyelidiki kasus tersebut yang langsung ditolak oleh Naomi.

Pada pembunuhan berikutnya, lagi-lagi Naomi bertemu dengan Luxaky. Mereka mulai bekerja sama menyelidiki pembunuhan sadis tersebut. Naomi menyadari adanya kesamaan antara semua korban, yaitu inisial nama dan posisi tubuh korban ketika tewas. Raye memberitahu Naomi bahwa tidak ada orang yang bernama Luxaky Luee, yang berarti Luxaky memberikan identitas palsu. Naomi melaporkan semua penemuannya pada L yang lalu memujinya berhasil menemukan semua petunjuk. Naomi sendiri sempat diserang Beyond Birthday. Ia berhasil menyelamatkan diri menggunakan keahlian capoeira. Setelah merangkai berbagai petunjuk, akhirnya Naomi tahu identitas Beyond Birthday sebenarnya...

Novel ini menyinggung sekilas masa lalu L dan anak-anak asuhan Quillsh Wammy (Watari) yang dididik supaya bisa menggantikan L suatu hari nanti.


Review diambil dari Animonster edisi 100

The bad news...ga punya link donlot na xD
Klo ada yang punhya share di comment box wokeh


[L]ain Disconnected © 2008 - | Powered by Blogger | Read Disclaimer