Ilmu psikiatri mengenal jenis sindrom atau gejala khas yang berhubungan dengan budaya, salah satunya bisa ditemukan di Jepang. Sedikitnya, orang Jepang punya 4 gangguan perilaku aneh yang jarang terjadi pada individu yang berasal dari kebudayaan lain.
Sindrom yang berhubungan dengan budaya tertentu disebut
culture specific syndrome. Sebagian besar merupakan gangguan mental dan perilaku, meski ada juga yang berupa penyakit fisik misalnya sindrom Nakalanga di Uganda yang menyebabkan penderitanya muntah terus menerus.
Meski masih kontroversial karena belum banyak diteliti, culture specific syndrome diakui sebagai kategori tersendiri dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental DisordersAmerican Psychiatric Association. Di dalamnya terdapat sejumlah sindrom unik dari berbagai kebudayaan.
Salah satunya adalah sindrom unik dari Jepang yakni Taijin Kyofusho yang kurang lebihnya bisa diartikan sebagai gangguan (sho) rasa takut (kyofu) terhadap hubungan interpersonal (taijin). Dalam bahasa Inggris, sindrom ini disebut dengan istilah Social Anxiety Disorder.
Meski demikian, gejala yang muncul dalam Taijin Kyofusho sangat khas dan tidak sama seperti social anxiety disorder pada orang barat. Gejalanya hanya dialami oleh orang yang hidup dengan kebudayaan Jepang atau beberapa kebudayaan lain di Asia Timur.
Dikutip dari Informahealthcare, keempat gejala yang termasuk sindrom Taijin Kyofusho adalah sebagai berikut. (DSM) yang disusun oleh :
- Sekimen-kyofu, yakni takut melihat wajah yang bersemu kemerahan (ereuthophobia).
- Shubo-kyofu, yakni takut pada cacat tubuh atau (body dysmorphic disorder).
- Jikoshisen-kyofu, yakni takut untuk menatap lawan bicara.
- Jikoshu-kyofu, yakni takut pada bau badan sendiri (osmophobia).
Dr Katsuaki Suzuki dari Hamamatsu University membuktikan dalam sebuah penelitian terbaru, sindrom ini memang banyak dialami oleh penduduk Asia khususnya Jepang. Beberapa di antaranya bahkan tidak dapat ditemukan di masyarakat yang hidup dengan kebudayaan barat.
Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Psychiatry tersebut mengungkap, orang Jepang lebih rentan dibanding orang Barat untuk mengalami sindrom tersebut karena adanya konsep tentang rasa malu. Orang Jepang umumnya tak cuma takut merasa malu tapi juga tak ingin mempermalukan lawan bicara.
Sumber : Whooila